Madrid dan Kylian Mbappe Memboikot Gala Ballon dOr, Kenapa?
Madrid dan Kylian Mbappe Memboikot Gala Ballon dOr, Kenapa? Paris, 23 September 2025 – Gala Ballon d’Or 2025 di Théâtre du Châtelet berlangsung meriah tapi terasa hampa tanpa kehadiran Real Madrid dan bintangnya, Kylian Mbappé. Untuk kedua kalinya berturut-turut, klub raksasa Spanyol itu memilih memboikot acara penghargaan paling bergengsi di sepak bola dunia. Meski Mbappé, Jude Bellingham, dan Vinícius Júnior masuk nominasi utama pria, serta Thibaut Courtois untuk Yashin Trophy, tak satu pun perwakilan Los Blancos muncul di karpet merah. Mbappé sendiri sudah mengonfirmasi absennya lewat wawancara dengan CBS, menyebut prioritas tim di laga Liga melawan Levante sebagai alasan utama. Tapi di balik itu, ketegangan lama dengan France Football masih membara sejak 2024, ketika Vinícius kalah dari Rodri meski dianggap favorit. Boykot ini bukan sekadar drama musiman; ia mencerminkan politik dan paranoia yang melanda sepak bola elit, di mana penghargaan individu sering jadi medan perang klub. Malam itu, sorotan beralih ke pemenang seperti Ousmane Dembélé dan Aitana Bonmatí, tapi absennya Madrid meninggalkan rasa getir—prestasi mereka seolah tak diakui sepenuhnya. BERITA BASKET
Mengenal Siapa Itu Kylian Mbappe: Madrid dan Kylian Mbappe Memboikot Gala Ballon dOr, Kenapa?
Kylian Mbappé adalah fenomena sepak bola Prancis yang lahir di Bondy pada 20 Desember 1998, dibesarkan di pinggiran Paris dengan akar Kamerun dan Aljazair. Kariernya melejit sejak debut di AS Monaco pada 2015, di mana ia jadi bintang muda dengan kecepatan dan insting gol yang mematikan. Pada 2017, ia pindah ke Paris Saint-Germain (PSG) dengan transfer 180 juta euro, memenangkan enam Ligue 1, empat Coupe de France, dan mencetak 256 gol dalam 308 laga—rekor klub. Di level internasional, Mbappé adalah pahlawan Prancis: hat-trick di final Piala Dunia 2022 meski kalah dari Argentina, plus gelar Piala Dunia 2018 dan Nations League 2021. Ia kapten Les Bleus sejak 2023, dengan 78 gol dari 128 caps, menjadikannya pencetak gol terbanyak sepanjang masa timnas Prancis.
Pada 2024, Mbappé akhirnya mewujudkan mimpi bergabung Real Madrid sebagai agen bebas, setelah saga transfer panjang. Musim debutnya 2024/25 luar biasa: 44 gol di semua kompetisi, memenangkan Pichichi Trophy sebagai top skor La Liga, dan Sepatu Emas Eropa. Meski Madrid gagal raih trofi mayor—tereliminasi di perempat final Liga Champions oleh Manchester City dan kalah di final Copa del Rey dari Barcelona—Mbappé tetap bersinar, mencetak gol krusial di El Clásico. Di usia 26, ia sudah koleksi tujuh trofi individu besar, termasuk dua Pemain Terbaik Piala Dunia FIFA. Gaya bermainnya yang eksplosif, ditambah visi passing tajam, membuatnya idola global. Mbappé juga aktif di luar lapangan, mendukung isu sosial seperti diskriminasi rasial, dan punya merek pribadi kuat lewat Nike. Boykot Ballon d’Or ini jadi momen langka di mana ia ikut narasi klub, menunjukkan loyalitasnya ke Madrid meski nominasi pribadinya kuat.
Apa yang Membuat Kylian Mbappe dan Real Madrid Ingin Memboikot Gala Ballon dOr
Boykot Real Madrid terhadap Gala Ballon d’Or 2025 berakar pada luka lama dari edisi 2024, ketika klub merasa “dihina” oleh France Football. Saat itu, Vinícius Júnior dianggap favorit utama setelah bantu Madrid juara Liga Champions dan La Liga, plus perjuangannya lawan rasisme. Tapi trofi jatuh ke Rodri dari Manchester City, memicu kemarahan Madrid yang segera tarik kehadiran tim. Presiden Florentino Pérez dan direktur Emilio Butragueño anggap voting kurang transparan, dengan tuduhan bias terhadap klub Spanyol. Ketegangan ini berlanjut ke 2025: meski Mbappé cetak 44 gol dan Bellingham dominan di lini tengah, musim Madrid tanpa trofi mayor membuat nominasi mereka terasa sia-sia. Pelatih Xabi Alonso tekankan fokus ke laga Levante 24 jam setelah gala, tapi itu cuma kedok—hubungan Madrid dengan France Football sudah retak, terutama karena kedekatan klub dengan FIFA ketimbang UEFA.
Mbappé ikut boykot karena solidaritas tim; ia konfirmasi absennya ke CBS, sebut tak realistis menang tanpa gelar tim. Tapi ada elemen pribadi: Mbappé finis ketiga di 2023, dan meski nominasi 2025 kuat, ia ragu voting adil. Faktor lain termasuk paranoia politik—Madrid sering kritik wasit La Liga, dan boykot ini lanjutan narasi “perlindungan” dari serangan eksternal. Tak ada pengakuan resmi nominasi di media sosial klub, beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, ini campuran kekecewaan snub Vinícius, kurangnya trofi, dan strategi institusional Pérez untuk tekan France Football reformasi voting.
Apa Dampak dari Hal Tersebut Untuk Mbappe dan Real Madrid
Boykot ini punya dampak berlapis untuk Mbappé dan Real Madrid, mulai dari citra hingga dinamika kompetisi. Bagi Mbappé, absen berarti kehilangan panggung global untuk promosi pribadi—ia yang sudah ikonik lewat iklan Nike dan FIFA, kini terlihat kurang ambisius meski nominasi kuat. Tapi di sisi lain, ini perkuat ikatan dengan Madrid, tunjukkan ia prioritas tim di atas ego. Kariernya tak terganggu serius; 44 gol musim lalu sudah bikin ia top skor Eropa, dan di 2025/26, ia fokus bantu Madrid rebut La Liga serta Liga Champions. Namun, kalau boykot berlanjut, peluang Ballon d’Or pribadinya bisa pudar—penghargaan ini butuh visibilitas.
Untuk Real Madrid, dampak lebih luas: klub raksasa dengan 15 gelar Liga Champions kini terlihat petulans, merusak hubungan dengan media Prancis dan sponsor global. Tujuh nominasi mereka (termasuk Caroline Weir di wanita) tak dirayakan, bikin fans frustrasi karena prestasi individu seperti gol Mbappé terabaikan. Secara strategis, ini tekan France Football untuk transparansi voting, mungkin untung jangka panjang. Tapi di lapangan, fokus ke Levante bantu tim bangkit dari musim buruk lalu—mereka kalah El Clásico 4-0 dan gagal trofi. Boykot juga soroti paranoia internal: kritik wasit 2025 bikin musim kacau, dan ini jadi pengalih isu. Positifnya, solidaritas tim kuat, tapi risiko isolasi dari komunitas sepak bola Eropa nyata, terutama kalau rival seperti Barcelona manfaatkan momentum.
Kesimpulan: Madrid dan Kylian Mbappe Memboikot Gala Ballon dOr, Kenapa?
Boykot Real Madrid dan Kylian Mbappé di Gala Ballon d’Or 2025 jadi simbol ketegangan antara prestasi individu dan dinamika klub di sepak bola modern. Dari snub Vinícius hingga prioritas tim, ini pengingat bahwa penghargaan seperti Ballon d’Or tak lagi netral—ia terjebak politik dan ekspektasi. Bagi Mbappé, ini langkah bijak jaga harmoni di Madrid, sementara klub dapat dorong reformasi. Tapi kalau tak diselesaikan, boykot bisa redupkan kilau Los Blancos. Di akhir, sepak bola butuh keseimbangan: hormati prestasi tanpa drama berlebih. Madrid dan Mbappé punya masa depan cerah—asal fokus ke lapangan, bukan panggung Paris.