Kontroversi Keputusan VAR Yang Paling Banyak Diperdebatkan
Kontroversi Keputusan VAR Yang Paling Banyak Diperdebatkan. VAR seharusnya jadi penyelamat akhir keadilan di sepak bola, tapi tujuh tahun sejak debutnya di Piala Dunia 2018, teknologi ini malah jadi sumber perdebatan abadi. Di akhir 2025, dengan liga-liga top penuh review yang memakan waktu, penggemar, pelatih, dan pemain semakin frustrasi. Statistik bilang VAR benar 95% kasus, tapi 5% kesalahan itu sering ubah hasil pertandingan krusial. Dari offside milimeter sampai komunikasi gagal total, berikut tiga kontroversi paling heboh yang masih dikenang dan diperdebatkan hingga kini. INFO SLOT
Gol Luis Diaz yang Hilang Karena Kesalahan Komunikasi: Kontroversi Keputusan VAR Yang Paling Banyak Diperdebatkan
Oktober 2023, Liverpool lawan Tottenham jadi momen VAR paling memalukan sepanjang sejarah. Luis Diaz cetak gol sah di menit 20, tapi asisten wasit angkat bendera offside prematur. Tim VAR, Darren England dan Dan Cook, sepakat onside setelah review, tapi malah bilang ke wasit Simon Hooper “goal” saat seharusnya minta cek ulang. Hasilnya: gol dibatalkan permanen. Liverpool kalah 2-1 setelah dua kartu merah, dan PGMOL minta maaf publik atas “human error” langka ini. Debatnya: apakah VAR gagal karena orangnya, atau sistem yang terlalu rumit? Hingga 2025, ini tetap jadi contoh utama betapa satu detik salah bisa rampas poin krusial.
Offside Brentford yang Lupa Garis Digital: Kontroversi Keputusan VAR Yang Paling Banyak Diperdebatkan
Maret 2023, Arsenal vs Brentford berakhir kontroversi besar saat gol penyeimbang Ivan Toney berdiri meski offside jelas. VAR Lee Mason fokus ke pemain salah, Ethan Pinnock, dan lupa gambar garis offside digital – alat inti VAR. Gol itu bikin Arsenal kehilangan dua poin di perebutan gelar, dan Mason akhirnya dipecat. Debat meledak: apakah VAR bergantung terlalu banyak pada operator manusia, atau software-nya kurang andal? Ini dorong perubahan aturan semi-automatic offside di Premier League musim 2024/25, tapi penggemar Arsenal masih anggap ini pencurian trofi potensial.
Penalti Handball Rodri yang Diabaikan
Desember 2023, Manchester City vs Everton, Rodri tekan bola ke tangannya sendiri di kotak penalti – pelanggaran jelas menurut aturan IFAB. Wasit Michael Oliver abaikan, dan VAR Stuart Attwell tak intervensi meski replay tunjuk tangan Rodri terbuka. City menang 3-1, tapi keputusan ini picu amarah Everton yang hampir terdegradasi. Debatnya panjang: apakah handball “tidak disengaja” harus selalu diabaikan, atau VAR terlalu subjektif? Ini jadi kasus ikonik yang bikin Pep Guardiola bilang VAR “hancurkan sepak bola”, dan dorong revisi aturan handball 2024 yang lebih ketat.
Kesimpulan
Tiga kontroversi ini – Diaz, Brentford, Rodri – bukti VAR sukses kurangi kesalahan besar, tapi gagal hilangkan elemen manusia yang bikin sepak bola hidup. Di 2025, dengan teknologi semi-otomatis dan batas review 60 detik, perdebatan masih bergulir: apakah VAR bikin permainan lebih adil, atau malah lebih lambat dan dingin? Yang pasti, momen-momen ini ubah sejarah klub, picu reformasi, dan ingatkan bahwa sepak bola butuh keseimbangan antara akurasi dan spontanitas. Sampai protokol sempurna, VAR akan tetap jadi bintang kontroversi, bukan pahlawan diam.