Take On Page Berita Olahraga

Take On Page News Olahraga Terupdate dan Terbaru ikuti update terbaru berita bola dari club ternama diseluruh dunia.

Take On Page Berita Olahraga

Take On Page News Olahraga Terupdate dan Terbaru ikuti update terbaru berita bola dari club ternama diseluruh dunia.

Uncategorized

Dusan Vlahovic Marah Usai Juventus Kalah Terus

Dusan Vlahovic Marah Usai Juventus Kalah Terus. Turin kembali diselimuti kekecewaan setelah Juventus menyerah 1-0 di hadapan Real Madrid pada 22 Oktober 2025. Kekalahan ini jadi puncak dari rentetan tanpa kemenangan yang sudah mencapai tujuh laga di semua kompetisi, sejak terakhir menang pada 13 September. Dusan Vlahovic, ujung tombak Serigala Muda, tak bisa sembunyikan rasa frustrasinya pasca-laga. Dengan wajah tegang di zona campur aduk, striker Serbia itu bilang, “Kami butuh perubahan besar, mentality ini harus selalu ada—tapi malam ini, itu belum cukup.” Kata-katanya seperti jeritan diam atas kegagalan tim yang terus berulang, di mana peluang emasnya diblok kiper lawan justru jadi simbol nasib sial Juventus musim ini. Di usia 25 tahun, Vlahovic yang sudah cetak delapan gol di Serie A, kini jadi pusat perhatian bukan karena gol, tapi ledakan emosinya yang jarang terlihat. Ini bukan sekadar kekalahan; ini panggilan darurat bagi skuad Thiago Motta yang mulai goyah. INFO CASINO

Rentetan Kekalahan yang Menggerogoti Semangat: Dusan Vlahovic Marah Usai Juventus Kalah Terus

Juventus seperti terperangkap dalam lingkaran setan. Sejak awal Oktober, mereka sudah lima kali seri berturut-turut sebelum akhirnya ambruk 2-0 di kandang Como pada 19 Oktober—kekalahan pertama musim ini yang bikin posisi mereka turun ke peringkat ketujuh Serie A. Lalu, datanglah Real Madrid di Liga Champions, di mana gol telat Jude Bellingham di menit 57 jadi algojo. Statistik bicara nyata: Juventus cuma raup dua poin dari tiga laga fase grup, dengan penguasaan bola rata-rata 55 persen tapi konversi peluang hanya 12 persen. Vlahovic sendiri punya andil besar di sana—ia ciptakan tiga kesempatan krusial melawan Madrid, termasuk one-on-one yang diredam Thibaut Courtois. Tapi, seperti laga-laga sebelumnya, finishing tim ini mandul. Pelatih Motta akui, “Kami dominan, tapi kurang tajam.” Rentetan ini bukan cuma soal poin; ia erodasi kepercayaan diri, terutama setelah start musim yang mulus dengan tiga kemenangan awal. Fans di Allianz Stadium mulai gelisah, dan tekanan kini bergeser ke lini depan, di mana Vlahovic jadi harapan utama tapi juga sasaran kritik atas missed chances.

Ledakan Emosi Vlahovic di Balik Kata-kata Tegas: Dusan Vlahovic Marah Usai Juventus Kalah Terus

Vlahovic bukan tipe yang mudah meledak, tapi kekalahan beruntun ini ubah segalanya. Pasca-laga melawan Madrid, ia tak henti-hentinya tekankan “perubahan besar” yang dibutuhkan Juventus—kata yang terdengar seperti nada marah atas stagnasi tim. “Performa kami lebih baik malam ini, tapi kekalahan tetap sakit. Kami harus fokus ke Lazio, tapi ini tak boleh terulang,” ujarnya di konferensi pers, suaranya tegas tapi mata penuh kekecewaan. Ini mirip reaksi lamanya, seperti saat argue dengan fans setelah draw melawan Bologna pada Desember 2024, di mana ia balas sorak sinis dengan, “Fans punya hak, tapi kami yang main di lapangan.” Atau ingat Januari 2025, ketika ia abaikan sorak fans usai kalah dari Benfica—sebuah gestur dingin yang bicara lebih lantang daripada kata. Kini, dengan winless run ini, frustrasinya lebih dalam: Serbia kalah 0-1 dari Albania pada 13 Oktober, di mana Vlahovic dikritik media tanah air atas gagal convert peluang, tambah beban mentalnya. Tapi, di lapangan, ia tetap pejuang—delapan gol musim ini, termasuk brace lawan Verona baru-baru ini. Ledakan emosinya ini justru jadi cambuk: Vlahovic bilang, “Saya lahir untuk tantangan seperti ini,” menandakan kemarahan yang disalurkan jadi motivasi.

Dampak Kekalahan bagi Tim dan Karier Vlahovic

Rentetan ini tak cuma ganggu klasemen; ia picu gejolak internal. Motta, yang baru ambil alih Juni lalu, kini hadapi rumor pemecatan meski kontraknya panjang. Pemain seperti Vlahovic dan Douglas Luiz jadi korban utama—mereka abaikan fans usai kekalahan sebelumnya, ciptakan ketegangan di ruang ganti. Bagi Vlahovic, ini ujian karier: transfer dari Fiorentina senilai 80 juta euro pada 2022 kini dipertanyakan, dengan spekulasi dari klub Premier League mulai berhembus. Tapi, ia tolak anggapan itu—pada September lalu, ia bilang, “Saya tak merasa marah, tapi periode sulit ini bikin saya lebih kuat.” Dampak positifnya? Kekalahan ke Madrid tunjukkan grit Juventus: mereka kuasai babak kedua, dengan Vlahovic hampir cetak gol pembuka. Ini bisa jadi turning point, seperti yang Motta harapkan jelang laga Lazio akhir pekan. Secara luas, winless run ini ingatkan Serie A bahwa Juventus, juara 2024, tak kebal—mereka butuh kemenangan untuk pulihkan chemistry. Bagi Vlahovic, marahnya ini modal: ia naikkan intensitas latihan, fokus finishing, demi bukti bahwa ia bukan sekadar talenta, tapi pemimpin di saat genting.

Kesimpulan

Dusan Vlahovic tak lagi diam; kemarahannya usai rentetan kekalahan Juventus jadi suara yang tak bisa diabaikan. Dari missed chances melawan Madrid hingga kritik pasca-kalah di Como, striker Serbia ini tunjukkan frustrasi yang lahir dari cinta pada klub. Tapi di balik ledakan emosi, ada tekad: perubahan mentality yang ia tuntut bisa jadi kunci bangkit. Juventus butuh kemenangan segera—mungkin lawan Lazio—untuk redam api ini. Bagi Vlahovic, ini babak baru: dari korban kekalahan jadi katalisator perubahan. Turin menunggu, dan siapa tahu, gol berikutnya justru lahir dari kemarahan malam Turin itu. Semangat Serigala Muda kembali menyala, siap gigit balik.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…