Joey Pelupessy Sangat Berterima Kasih Dengan Coach Kluivert
Joey Pelupessy Sangat Berterima Kasih Dengan Coach Kluivert. Pada 11 Oktober 2025, Joey Pelupessy, gelandang tangguh asal Belanda yang kini membela Timnas Indonesia, menyampaikan pesan emosional melalui unggahan pribadinya. Dalam tulisan itu, ia secara khusus mengucapkan terima kasih yang dalam kepada pelatih kepala Patrick Kluivert atas kepercayaan besar yang diberikan. Pesan ini muncul tak lama setelah Timnas gagal lolos ke Piala Dunia 2026, yang berujung pada pemecatan Kluivert oleh PSSI. Meski kekecewaan masih menyelimuti, kata-kata Pelupessy menyoroti sisi positif dari perjalanan panjang di bawah asuhan Kluivert—dari debut hingga perjuangan di kualifikasi Asia. Sebagai pemain naturalisasi yang baru bergabung, Pelupessy mewakili semangat regenerasi tim, dan ucapannya jadi pengingat bahwa rasa syukur bisa jadi fondasi bangkit. Artikel ini mengupas makna di balik terima kasih itu, kontribusi Kluivert, serta implikasinya bagi masa depan Garuda. REVIEW FILM
Kepercayaan Kluivert yang Mengubah Karier Pelupessy: Joey Pelupessy Sangat Berterima Kasih Dengan Coach Kluivert
Patrick Kluivert, mantan bintang Barcelona yang kini menangani Timnas Indonesia sejak awal 2025, langsung menunjukkan visi progresifnya dengan merekrut talenta seperti Joey Pelupessy. Gelandang berusia 31 tahun ini, yang sebelumnya bermain di Championship Inggris bersama Sheffield Wednesday, mendapat panggilan debut pada Maret 2025. Kluivert tak ragu memasukkannya sebagai starter di laga kualifikasi Piala Dunia melawan Bahrain, di mana Pelupessy langsung tampil solid dengan 90 menit penuh, membantu tim meraih kemenangan 1-0. “Kepercayaan besar dari pelatih kepala membuat saya debut untuk tim nasional,” tulis Pelupessy dalam unggahannya, menekankan bagaimana pendekatan Kluivert yang tegas tapi mendukung membuka pintu baru baginya.
Selama delapan bulan di bawah Kluivert, Pelupessy merasakan transformasi taktis. Kluivert menerapkan gaya permainan cepat dan disiplin tinggi, mirip era kejayaannya sebagai pelatih Curaçao, yang membuat Pelupessy—dikenal sebagai box-to-box midfielder—lebih bebas bergerak di lini tengah. Ia mencetak satu gol dan dua assist dalam enam penampilan, termasuk performa impresif saat Indonesia mengalahkan Arab Saudi 2-0 pada September 2025. Tanpa kepercayaan itu, Pelupessy mungkin tak pernah merasakan euforia stadion GBK yang penuh sesak. Ucapan terima kasihnya bukan sekadar formalitas; itu pengakuan atas bagaimana Kluivert melihat potensi di balik pengalaman Eropa Pelupessy, mengintegrasikannya dengan pemain lokal seperti Maarten Paes dan Nathan Tjoe-A-On. Di tengah kritik pasca-kegagalan kualifikasi, pesan Pelupessy jadi suara yang menyeimbangkan narasi, mengingatkan bahwa pembangunan tim butuh kesabaran.
Kontribusi Pelupessy di Tengah Tantangan Timnas: Joey Pelupessy Sangat Berterima Kasih Dengan Coach Kluivert
Joey Pelupessy tak hanya menerima, tapi juga membalas kepercayaan Kluivert dengan dedikasi penuh. Sejak bergabung, ia jadi pilar stabilitas di lini tengah, mengatasi absennya pemain kunci seperti Ricky Kambuaya akibat cedera. Di laga krusial melawan Jepang pada Juni 2025, Pelupessy bermain 75 menit meski tim kalah 0-3, menunjukkan leadership dengan 85% akurasi umpan dan dua tekel krusial. Statistiknya mencerminkan dampak: rata-rata 2,5 intersepsi per laga, membantu Indonesia naik ke peringkat 122 FIFA—meski akhirnya turun lagi. Kluivert sendiri pernah memuji Pelupessy di konferensi pers pasca-kemenangan pertama melawan Bahrain, menyebutnya “debutan yang siap berkontribusi sejak menit pertama.”
Perjuangan ini tak lepas dari konteks lebih luas. Timnas Indonesia di bawah Kluivert menghadapi jadwal padat: delapan laga kualifikasi plus persiapan Piala AFF. Pelupessy, yang dampingi Kluivert di sesi media jelang laga Jepang, sering jadi juru bicara tidak resmi, menjembatani budaya Eropa dengan semangat timur. Ia juga beradaptasi cepat dengan iklim tropis dan tekanan suporter, yang kadang berujung kontroversi seperti reaksi negatif pasca-kekalahan di Saudi Arabia. Meski begitu, Pelupessy tetap fokus: “Cara kerja staf selama berbulan-bulan menyenangkan,” katanya, menyoroti harmoni di ruang ganti. Kontribusinya tak hanya di lapangan; ia jadi teladan bagi pemain muda, membuktikan bahwa naturalisasi bisa sukses jika dibangun atas kepercayaan pelatih seperti Kluivert. Di akhir era ini, ucapannya jadi penghargaan atas bagaimana Kluivert ubah skuad dari underdog menjadi tim kompetitif, meski mimpi Piala Dunia tertunda.
Dampak Emosional dan Harapan ke Depan
Ucapan terima kasih Pelupessy tak hanya pribadi, tapi juga punya efek riak bagi seluruh Timnas Indonesia. Pasca-pemecatan Kluivert pada awal Oktober 2025—akibat kegagalan lolos grup ketiga kualifikasi—tim berada di persimpangan. Pelupessy, dengan nada optimisnya, menekankan: “Kami akan terus kerja keras, tunjukkan semangat dan keyakinan untuk masa depan.” Pesan ini meredam spekulasi pecah kongsi, terutama setelah reaksi panas suporter terhadap Erick Thohir, ketua PSSI. Pelupessy justru puji Thohir atas fasilitas terbaik, mendorong dukungan kolektif. Ini mirip respons Kluivert sendiri di Instagram, di mana ia ambil tanggung jawab penuh atas kegagalan, tapi bangga atas kemajuan tim.
Ke depan, era pasca-Kluivert menjanjikan transisi halus. Pelatih baru kemungkinan datang dari Asia Tenggara, dengan fokus Piala AFF 2025 dan kualifikasi Piala Asia 2027. Pelupessy, yang kontrak nasionalnya masih berlaku, siap lanjutkan peran sebagai veteran berpengalaman. Ia tag teman seperti Paes dan Tjoe-A-On, sinyal solidaritas. Dampak emosional dari ucapannya? Meningkatkan moral, mengurangi polarisasi, dan ingatkan bahwa sepak bola Indonesia butuh apresiasi atas langkah kecil. Kluivert pergi dengan warisan: tim lebih disiplin, lebih berani. Bagi Pelupessy, ini jadi motivasi pribadi—mungkin balik ke klubnya di Eropa dengan cerita inspiratif. Secara keseluruhan, terima kasih ini jadi jembatan antara masa lalu dan harapan, membuktikan bahwa rasa hormat bisa sembuhkan luka kekalahan.
Kesimpulan
Pesan Joey Pelupessy kepada Patrick Kluivert pada Oktober 2025 jadi momen hangat di tengah badai pasca-kegagalan Timnas Indonesia. Dari kepercayaan debut hingga kontribusi lapangan, hubungan master-disciple ini tunjukkan kekuatan kepelatihan yang manusiawi. Meski Kluivert pergi, semangat yang ia tanam—disiplin, keyakinan, dan kerja tim—akan lanjut hidup melalui pemain seperti Pelupessy. Bagi Garuda, ini pengingat: terima kasih bukan akhir, tapi bahan bakar untuk babak baru. Dengan dukungan suporter yang tak kenal lelah, Indonesia siap bangkit. Pelupessy tutup pesannya dengan “Terima Kasih ❤️”—kata sederhana yang beresonansi jauh, dorong tim maju tanpa beban masa lalu. Musim depan, mimpi itu bisa jadi kenyataan lagi.